Media pertumbuhan yang digunakan pada kedua tempat penelitian adalah media “Sederhana 2”. Photobioreaktor reduksi CO2 sistem batch berupa satu rangkaian reaktor CO2 dengan floating roof, dimana floating roof tersebut berfungsi sebagai wadah dan alat pengukur gas CO2 yang dimasukkan ke dalam reaktor.
Pada penelitian ini menggunakan 4 rangkaian reaktor reduksi CO2 dengan volume operasi masing-masing photobioreaktor 60 Liter. Masing-masing reaktor divariasikan perbandingan jumlah CO2 dan udara yang diinjeksikan ke dalam 4 photobioreaktor, yaitu 0:100% yang berfungsi sebagai kontrol, 10:90%, 30:70% dan 50:50%. Selama percobaan, photobioreaktor diberi aerasi menggunakan pompa udara Aquila P3900. Parameter yang diamati adalah pH, optical density (OD), kepadatan sel dan temperatur. Proses pengamatan dilakukan setiap hari. OD diukur dengan menggunakan spektrofotometer merek Thermo scientific seri Genesys 10uv pada panjang gelombang 680 nm dan kepadatan sel menggunakan Heymacytometer merek Neubauer. Pengukuran pH dan temperatur kultur menggunakan pH meter merek Thermo seri Orion 3 Star.
Photobioreaktor reduksi CO2 sistem kontinyu menggunakan dua buah
tangki, yaitu tangki umpan dengan volume operasi 60 Liter dan tangki operasi
dengan volume 50 Liter. Pada tangki operasi diberikan gas CO2 secara
kontinyu dengan laju alir 12 ml/menit dan kecepatan laju inlet dan outletnya 40
ml/menit. Parameter yang diamati adalah pH, temperatur, OD dan kepadatan sel.
Analisa kandungan lipid pada
percobaan ini menggunakan empat macam
metode, yaitu maserasi bertingkat tiga (pelarut heksan-etanol), soxlet
(pelarut heksan), soxlet - maserasi (pelarut heksan) dan dua kali maserasi
(pelarut heksan).
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 6
variasi media pertumbuhan yang
digunakan pada penelitian ini ternyata media Benneck
dan “ Sederhana 2” adalah media yang
paling baik untuk pertumbuhan mikroalga, namun apabila
dilihat dari segi ekonomi dan kemudahan dalam mendapatkan bahan, media
pertumbuhan “Sederhana 2” merupakan media yang paling baik. Nilai optical density tertinggi pada media
“Sederhana 2” dan Benneck dapat mencapai
1,065 dan 1,22 dengan warna kultur hijau pekat yang masih bertahan hingga akhir
operasi. Sedangkan nilai kepadatan sel nya adalah 335 x 106 sel/ml
dan 318 x 106 sel/ml.
Kegiatan reduksi CO2
sistem batch yang dilakukan di PPPTMGB “Lemigas” selama 12 hari menunjukkan
bahwa kinerja photobioreaktor 4 (50% CO2 dan 50% udara) lebih baik
dibandingkan photobioreaktor lainnya, dengan nilai OD tertinggi pada hari ke-6
, yaitu 0,9. Sedangkan nilai OD tertinggi untuk photobioreaktor 1,2 dan 3
adalah 0,153 (hari ke-2); 0,366 (hari ke-5) dan 0,628 (hari ke-5). Kondisi
nilai pH pada awal operasi tiap
photobioreaktor dikondisikan sama, yaitu 8,02 dan cenderung mengalami perubahan
selama operasi. Rata-rata kondisi nilai pH pada photobioreaktor 1,2,3 dan 4
adalah 9,8; 9,6; 8,1 dan 6,6. Kegiatan reduksi CO2 sistem batch
yang dilakukan di lapangan gas PT.Pertamina EP Field Subang dilakukan selama 8 hari. Hasil kegiatan menunjukkan
bahwa kinerja pada photobioreaktor 2
(10% CO2 dan 90% udara) lebih baik
dibandingkan photobioreaktor sistem
batch lainnya, baik dari segi pertumbuhan mikroalganya maupun proses reduksi CO2.
Nilai OD tertinggi pada masing-masing photobioreaktor 1,2,3 dan 4 adalah 0,109
(hari ke-3), 0,261 (hari ke-4), 0,122 (hari ke-4) dan 0,085 (hari ke-5),
sedangkan untuk kepadatan selnya adalah 7,5 x 106 sel/ml (hari
ke-1), 23,8 x 106 sel/ml (hari ke-3),16,25 x 106 sel/ml
(hari ke-4) , dan 5,75 (hari ke-5). Photobioreaktor dengan sistem kontinyu,
menunjukkan hasil bahwa pertumbuhan mikroalga cenderung mengalami peningkatan
selama tiga hari operasi, dimana pada hari terakhir operasi nilai OD dan
kepadatan selnya mencapai 0,305 dan 13 x 106 sel/ml. Kondisi pH pada
awal operasi sistem kontinyu adalah 8,63 dan mengalami penurunan pada hari ke-1
menjadi 5,46 dan selanjutnya cenderung mengalami peningkatan menjadi 5,7 pada
akhir operasi. Masih stabilnya pertumbuhan mikroalga, dapat disebabkan karena
media pertumbuhan masih mampunyai sistem penyangga (buffer) yang baik dalam mengatasi perubahan-perubahan pH tersebut.
Ekstraksi minyak mikroalga dengan metode soxlet menghasilkan minyak mikroalga
sebesar 4,48 % bk. Sedangkan metode maserasi (dua kali maserasi) menghasilkan
minyak mikroalga sebesar 5,38% bk, soxhlet-maserasi menghasilkan 4,98% bk dan 6,36 % bk (maserasi bertingkat tiga).
Dari hasil tersebut, maserasi bertingkat tiga yang menggunakan pelarut heksan
menghasilkan nilai tertinggi, yaitu 6,36 % bk.
http://www.lemigas.esdm.go.id/id/prdkpenelitian-251-.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar