BANDUNG – KabarKampus – Dr. Zeily Nurachman, dosen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Institut Teknologi Bandung (FMIPA – ITB) meyakini bahwa bahan bakar fosil yang diproduksi di Indonesia bukan berasal dari fosil kayu tanaman. Ia meyakini bahan bakar itu berasal dari tanaman air termasuk alga yang berukuran mikro atau sering disebut mikroalga.
“Hipotesisnya, negara yang kaya akan minyak adalah negara yang sering terjadi gempa,” ungkap Zeily.
Menurut Neily, pada umumnya negara-negara penghasil minyak dunia termasuk Indonesia berlokasi dekat dengan lempeng tektonik dan dekat dengan laut. Pergerakan dari lempeng tektonik dan gempa bumi itu akan menekan air laut dan segala yang ada di dalamnya menjadi tanah dan membuat lapisan minyak.
Neily menjelaskan, bahwa mikroalga dipilih sebagai sumber energi alternatif dikarenakan bahan bakar fosil yang ada saat ini meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca seperti Karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), dan Nitrogen Oksida (NO2) dan jumlahnya terbatas. Sedangkan minyak mikroalga Thalassiosira sp tidak menghasilkan gas buangan dan tersedia dalam jumlah banyak di lautan Indonesia.
Zeily bersama timnya dari divisi Biokimia, Kimia Analistis ITB melakukan penelitian ini sejak tahun 2009. Mereka melakukan identifikasi dengan berbagai tipe mikroalga. Kemudian melakukan proses yang sama dengan apa yang terjadi di laut yaitu dengan mengekstrak Thalassiosira sp dan mengambil minyaknya.
“Metode awal yang dilakukan adalah penanaman kultur mikroalga Thalassiosira sp.dalam beberapa medium. Medium yang digunakan adalah tiga jenis air laut dengan komposisi yang berbeda. Didapatkan bahwa air laut yang kaya akan fosfor, nitrogen, silikon, urea cocok untuk pertumbuhan Thalassiosira sp.,” kata Zaily.
Menurutnya, mikroalga ini tumbuh baik dalam rentang Ph 8,0-8,8. Setelah itu, mikroalga akan siap diekstrak untuk diambil minyaknya. “Satu liter kultur dapat menghasilkan 3 gram minyak bersih.”
Mengingat berpotensi sangat besar, Dr Zeily berharap penelitian mikroalga sebagai pengganti bahan bakar fosil ini berlanjut dan menjawab tantangan krisi energi. ”Jika Indonesia memiliki 50.000 peneliti alga, maka Indonesia akan menjadi produsen biofuel nomor satu di dunia,” jelas Zeily.
http://kabarkampus.com/2013/02/mikroalga-sumber-energi-masa-depan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar