Studi Kasus Enzim dari sumber bahan hayati laut
Judul Jurnal : “Isolasi dan Identifikasi Bahan Aktif Penyebab Pemancaran Cahaya Pada Bakteri Photobacterium Phosphoreum yang Diisolasi Dari Cumi Laut Jepara Indonesia”
Penulis : Ratnawulan, Delianis Pringgenis, dan Idam Arif.
Resume
Tujuan penelitian mengenai isolasi dan identifikasi bahan aktif penyebab cahaya pada bakteri Photobacterium Phosphoreum yang
diisolasi dari cumi laut Jepara Indonesia adalah untuk menyelidiki
proses pemancarannya. Pada jurnal tersebut enzim yang dibahas adalah
enzim yang dinamakan luciferase yang dihasilkan dari hasil hubungan simbiosa antara cumi-cumi jenis Laligo duvaucelli dengan bakteri Photobacterium Phosphoreum yang hidup di dalamnya. Dimana enzim Luciferase tersebut
dapat memancarkan cahaya pada bakteri luminisensinya karena sifat dari
enzim ini dapat mengkatalis tiga substrat yaitu flavin mononukleotida
tereduksi (FMNH2), molekul oksigen (O2) dan aldehyde rantai
panjang (RCOH). Reaksi tersebut membbaskan flavin (FMN), asam lemak
rantai panjang (RCOOH) , molekul air (H2O) sambil memancarkan cahaya
tampak (hv).
Fenomena bioluminisensi pada bakteri Photobacterium Phophoreum
ini dikaji dikarenakan sebagai contoh nanofabrikasi fotonik alamiah
yang akan menjadi inspirasi penelitian peralatan optic dan spektroskopik
di masa akan datang, untuk monitoring konsentrasi racun di alam dan
alat uji yang bioluminisensi yang memakai enzim merupakan pendekatan
baru dalam monitoring lingkungan. Selain itu ketersedian bahan baku
yang sanagnt melimpah di perairan Indonesia juga menjadi alasan untuk
melakukan isolasi, identifikasi dan karakterisik sifat-sifat fisika dari
bahan aktif penyebab pemancaran cahaya pada bakteri Photobacterium Phosphoreum tersebut.
Teknik Isolasi enzim
Isolasi merupakan suatu proses atau cara
untuk memisahkan dan memindahkan mikroba/enzim tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur
murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan
satu sel tunggal yang sangat berguna untuk menelaah dan
mengindentifikasi mikroorganisme.
Dalam teknik isolasi pada bakteri Photobacterium Phosphoreum diisolasi dari cumi spesifik Indonesia jenis Loligo duvacelli
yang dapat dikultur pada medium padat yang terdiri dari 3 g extract
Bacto, 5 g peptone-bacto, 15 g agar bacto, 30 g NaCl, 3 ml glycerol
kemudian 1 liter air suling dan NaOH secukupnya setelah itu dilanjutkan
pada 5 liter medium cair yang terdiri dari 1 liter air suling; 30 g
NaCl, 14 g Na2HPO4.7H2O, 2 g KH2PO4, 0,5 g (NH4)2HPO4, 0,2 g MgSO4.7H2O,
3 ml glyserol, 5 g triptone bacto, 5 g ekstrak ragi bacto dan NaOH
secukupnya untuk mengatur pH 7.0. untk proses pertumbuhannya dapat
diukur secara langsung dengan dengan spektrofotometer. Kemudian
bakteri-bakteri diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam hingga
terbentuk koloni tunggal yang nantinya akan diinkubasi kembali ke dalam
100 ml media cair selama 20 jam dengan kecepatan 200 rpm. Seiring
berjalannya inkubasi secara bersamaan dilakukan sampling pengukuran
waktu dimana hasil sampling tersebut ditentukan dengan spektrofotometer
UV-Vis (Ultraviolet-Visible) pada panjang gelombang 660nm. Sel
dipanen pada kerapatan sel 4×10-9 sel/ml. sampel hasil sampling,
disentrifugasi dengan kecepatan putar 6000 rpm selama 30 menit
pada suhu 4 0C, agar cairan fermentasi dan supernatannya terpisah.
Supernatan dicuci dengan air suling dingin sebanyak tiga kali untuk
menghilangkan sisa-sisa media dan sel-sel yang mati. Setiap kali
pencucian, dilakukan sentrifugasi dan penimbangan untuk mengetahui berat
molekul supernatan yang tertinggal. Kemudian supernatant tersebut
disuspensi dalam larutan buffer fosfat 0,05 M pH 7 (sebanyak 1 gram sel
basah dalam 5 ml buffer fosfat). Supernatan yang telah disuspensi
tersebut dipecah dengan alat sonikasi selama 5 menit dalam keadaan
dingin sebanyak 5 kali. Hasil sonikasi diinkubasi kembali selama 1 jam,
yang selanjutnya disentrifugasi selama 20 menit pada kecepatan putar
12000 rpm pada 40C. Ekstrak kasar yang diperoleh ditentukan
aktivitas dan konsentrasi proteinnya. Setelah itu kemudian mengendapkan
protein yang ada di sample tadi dengan melakukan fraksionasi ammonium
sulfat dengan derajat 25-85 %. Penambahan ammonium sulfat dilakukan
sambil mengaduk-aduk larutan ekstrak kasar secara perlahan dengan
pengaduk magnet pada suhu 4 0C, diamkan selama satu malam agar sempurna
pengendapannya dan untuk pemisahan endpan dengan supernatant dilakukan
sentrifugasi dengan kecepatan putar 7000 rpm selama 30 menit. Supernatan yang diperoleh ditentukan aktivitas dan konsentrasi proteinnya. Hasil isolasi menggunakan BSA menunjukkan dua pita pada enzim Luciferase pada bakteri Photobacterium Phosphoreum yang merupakan dua sub unit α dan β dengan berat molekul 41 kD untuk sub unit α dan 38 kD untuk sub unit β.
Teknik Purifikasi atau pemurnian
pemurnian enzim adalah mengisolasi enzim spesifikasi dan ekstra sel “Mentah” (crude) yang mengandung banyak komponen lain. Teknik pemurnian yang dilakukan pada enzim Luciferase pada Bakteri Photobacterium Phosphoreum menggunakan kolom dietilaminoetil cellulosa (DEAE cellulosa) ukuran 2x45cm yang diregenerasi dengan 200 ml larutan NaCl pada konsentrasi 2M. kemudian DEAE cellulosa dicuci
dengan 2 liter air suling dingin dan disetimbangkan dengan 2 liter
larutan buffer fosfat pada pH 7,0 dan konsentrasi 0,02 M. setelah itu
ambil 10 ml sampel enzim Luciferase pada Bakteri Photobacterium Phosphoreum dimasukkan ke kolom dan kemudian dielusi yang fungsinya untuk mengikat enzim pada DEAE cellulose dengan
larutan buffer fosfat. Kemudian enzim yang terikat pada kolom dielusi
dengan gradien NaCl sebanyak 200 ml dengan konsentrasi 0,5 M dan
ditampung dalam fraksi-fraksi dengan kecepatan 1 ml/menit. Untuk
mengetahui fraksi-fraksi yang terkandung dalam enzim dapat dilakukan
pengukuran serapannya pada panjang gelombang 280 nm, kemudian diuji
aktivitas dan konsentrasinya. Apabila fraksi-fraksi ada aktivitasnya
kemudian dipekatkan dengan ammonium ulfat pada 40-75 % saturasi. Dalam
hal ini juga didapatkan pemurnian tingkat tinggi yang dapat menggunakan
gel filtrasi kromatografi Shepadex G-100, seimbangkan dengan 0,35 buffer
fosfat pda pH 7. Dan lakukan hal yang sama pada pemurnian di atas.
Dalam pengukuran aktivitas biolumunisensi
dilakukan pada kondisi pada 25 0C dimana FMNH2 harus diinjeksi secara
cepat. Setiap fraksi-fraksi enzim seperti ekstrak kasar, fraksionasi pada 25-85% saturasi, DEAE cellulosa, gel filtrasi, diuji aktivitasnya sesuai langkah-langkah yang telah dijelaskan. Konsentrasi protein diuji menggunakan metode Lowry, dengan bantuan bovine serum albumin (BSA)
sebagai standar. Absorbansi pada 750 nm digunakan sebagai dasar
pengujian konsentrasi protein. Untuk mengetahui tingkat kemurnian enzim
setelah pemurnian, maka dilakukan elektroforesis Sodium Dodecyl Sulfate
Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE). Hasil dari proses
pemurnian tersebut menunjukan peningkatan kemurnian terhadap ekstrak
kasar sebanyak 1616 kali.
Karakterisasi sifat enzim
Karakterisasi sifat-sifat fisika dari Luciferase pada Bakteri Photobacterium Phosphoreum dilakukan
dengan mengukur spektrum serapan (eksitasi) dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan spektrum pemancaran cahaya dengan
menggunakan spektrofotometer fluorosensi model F-2000.
Kesimpulan
Reaksi bioluminisensi terjadi akibat enzim Luciferase pada bakteri Photobacterium Phosphoreum yang diisolasi dari cumi-cumi Jepara Indonesia mengikat substrat-substratnya yaitu FMNH2, O2, dan RCOH. Enzim Luciferase pada bakteri Photobacterium Phosphoreum terdiri dari dua sub unit α dan β dengan berat molekul 41 kD dan 38 kD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar