Subscribe:

Astronomi

Minggu, 26 Agustus 2012

Apa warna langit itu? Hitam, Biru, atau Jingga?

Gak tahu kenapa, tiba-tiba saya ingin posting tentang warna langit malam itu biru atau bukan. dan setelah saya googling, akhirnya saya menemukan jawabannya.


Pertanyaan:
Apa warna langit? biru atau gelap?
Jawaban:
Ini tentu yang dimaksud tampilan langit. Pada dasarnya langit itu bisa dikatakan berwarna hitam, bukan biru apakah itu siang atau malam hari. Hal ini karena ruang angkasa yang gelap dan tidak berwarna. Ruang angkasa gelap, karena ruang (angkasa) hanyalah meneruskan cahya, bukan menyerap lalu memantulkan, sehingga gelap, tidak terlihat apa-apa(kosong).

Mengapa langit berwarna biru di siang hari?
Ketika siang hari, matahari cenderung tegak lurus dengan permukaan bumi. Sehingga sinar matahari dapat langsung mencapai permukaan bumi tanpa ada hambatan yang berarti (karena jarak tempuh lebih "pendek"). Hambatan yang sedikit ini, menyebabkan sinar matahari sedikit terdispersi/terbelok dengan sudut yang kecil, dan menghasilkan warna biru.
 
Karena sinar Matahari tersebar oleh partikel-partikel aerosol (koloid) di atmosfer, maka oleh kita di permukaan bumi, langit akan tampak secara umum berwarna biru. Peristiwa penyebaran ini dikenal dengan istilah penyebaran Rayleigh(Rayleigh Scattering).

Mengapa langit berwarna hitam di malam hari?
Demikian juga pada malam hari akan berwarna biru, karena sinar yang diterima bumi juga adalah sinar Matahari yang sama, hasil pantulan bulan. Karena sinar ini adalah sama, maka seharusnya malam hari pun langit berwarna biru. Dan memang langit malam berwarna biru. Hal ini bisa dibuktikan pada kondisi ketika tidak ada sumber cahaya pengganggu(rendah polusi cahaya), yang mana langit akan terlihat kebiruan. Saat malam hari langit akan berwarna hitam karena tidak ada pencahayaan yang cukup kuat.

Walaupun langit malam juga biru, kita tidak dapat melihatnya dikarenakan level cahayanya yang rendah. Hal ini lebih karena batas kemampuan mata kita untuk melihat warna. Akibatnya kita melihat dan mempersepsikan langit malam berwarna hitam.


Mengapa langit berwarna merah-jingga di pagi dan sore hari?

Partikel debu di angkasa cenderung lebih terkonsentrasi di bagian bawah karena pengaruh gravitasi.
Pada saat pagi dan sore hari, matahari berada di "bawah" sehingga sinarnya "terhambat" oleh konsentrasi partikel debu di angkasa. Hambatan ini menyebabkan adanya efek tyndal yang mengakibatkan cahaya matahari membelok dan terdispersi dengan sudut yang relatif besar yang menghasilkan warna merah-jingga. Oleh karena itu, langit terlihat merah-jingga oleh kita.
Rayleigh menjelaskan bahwa cahaya yang memiliki panjang gelombang lebih kecil akan memiliki intensitas berpendaran yang lebih besar. Karena warna biru memiliki panjang gelombang yang kecil sehingga warna biru akan dominan di langit. Selain itu, per-pendaran warna ini juga dipengaruhi oleh jarak sumber cahaya dengan pengamat sehingga pada saat sunset, jarak sumber cahaya akan lebih jauh dan menyebabkan per-pendaran efek Rayleigh scattering oleh warna biru ini berkurang. Proses ini dapat terlihat jelas saat matahari terbenam, dimana warna merah akan dominan di garis horizon.

Sesuatu yang kita sebut dengan "langit" selama ini yang warnanya berubah-ubah merupakan atmosfer bumi.
Kalau kita tanya warna sebenarnya dari "langit" jawabnya tidak ada. Warna "langit akan berubah ubah sesuai dengan sudut pencahayaan, intensitas pencahayaan dan sudut pandang kita.
Penyebab warna langit ternyata tidak lepas dari pengaruh atmosfer bumi kita ini. Molekul-molekul gas seperti nitrogen, oksigen, argon dan uap air menyebabkan cahaya matahari yang terdiri dari variasi panjang gelombang terabsorbsi. Cahaya yang terabsorbsi ini akan teradiasikan sehingga menghasilkan spektrum warna. Walaupun seluruh panjang gelombang dari cahaya matahari ini terabsorsi, namun warna biru yang memiliki panjang gelombang yang rendah akan terabsorsi lebih banyak dibandingkan warna merah sehingga warna biru ini dominan terlihat oleh mata. Proses ini dinamakan Rayleigh scattering.

Apakah Koloid itu?
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.

Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

sumber: http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110521203424AAspSyB
http://www.astronomi.us/2012/02/mengapa-tampilan-langit-siang-hari-biru.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar