Subscribe:

Astronomi

Kamis, 15 November 2012

Penghasilan cahaya pada kunang-kunang


Masih ingat kunang-kunang kan? Itu, serangga yang bagian “pantat”-nya (ruas terakhir abdomen) mengeluarkan cahaya berkerlap-kerlip, indah sekali! Tahukah Anda, bahwa kunang-kunang memiliki peran yang amat penting di alam. Larvanya adalah pemangsa beberapa jenis serangga dan siput, sedangkan serangga dewasa adalah predator  pada serangga lain, meskipun juga makan pada serbuk sari dan nektar tumbuhan. Nah, bagaimana sebenarnya kunang-kunang menghasilkan cahaya yang indah ini?
Sosok umum kunang-kunang (Bruce Marlin, 2004)
 
Biologi umum kunang-kunang
Kunang-kunang dikenal juga sebagai Firefly, Lightning Bug atau Glow worm. Serangga ini termasuk ke dalam famili Lampyridae ordo Coleoptera (bangsa kumbang). Seperti halnya kumbang yang lain, tubuh kunang-kunang tertutup oleh sayap depan yang mengeras, disebut elitra. Kumbang betina beberapa genus, misalnya Lampyris, tidak bersayap, berbentuk mirip larva, namun dibedakan oleh adanya mata majemuk pada kumbang betina.
Kunang-kunang penghasil cahaya adalah serangga nokturnal (aktif pada malam hari), sementara sebagian spesies adalah serangga diurnal (aktif pada siang hari) yang tidak menghasilkan cahaya.
Telur. Kunang-kunang meletakkan telur-telurnya secara individu di atas tanah atau sedikit di bawah permukaan tanah, dan akan menetas 3 – 4 minggu kemudian.
Larva bertipe campodeiform. Larva kunang-kunang sudah mampu berpendar, dan cahaya pada larva dimaksudkan untuk memperingatkan calon pemangsa akan tubuhnya yang tidak enak dimangsa atau beracun. Segera setelah menetas dari telur, larva mulai memangsa serangga lain, atau siput.
Larva kunang-kunang. Perhatikan cahaya hijau berpendar pada abdomennya! (www.firefly.org))
Pupa. Pemupaan terjadi di bawah permukaan tanah. Larva instar terakhir membentuk sebuah “kamar” dari tanah, dan menghabiskan sekitar 2 mingguan sebelum berubah menjadi kunang-kunang.
Aspek kimia bioluminesens pada kunang-kunang
Kunang-kunang menghasilkan cahaya “dingin” yang frekuensinya berbeda dengan cahaya inframerah dan ultraviolet. Cahaya yang mempunyai panjang gelombang 510 – 670 nanometer itu bisa berwarna kuning, hijau, atau merah pucat. Bagaimana cahaya indah tersebut dihasilkan?
Cahaya pada kunang-kunang dihasilkan dari sebuah proses yang disebut bioluminesens, yang berarti penghasilan cahaya oleh organisme. Kunang-kunang mempunyai pigmen yang disebut luciferin, yang ketika bereaksi dengan oksigen akan menghasilkan cahaya. Enzim luciferase bertindak sebagai katalisator yang akan mempercepat proses reaksi, sedangkan Adenosin Tri Fosfat (ATP) berperan sebagai kofaktor enzim.
Alat penghasil cahaya pada kunang-kunang berupa “sel-sel cahaya” atau photocyte yang tersusun dalam sebuah silinder di bawah kutikula di antara trakea.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penghasilan cahaya ini sudah pula diteliti oleh para ahli. Dreisig (1975) menjelaskan bahwa penghasilan cahaya oleh kunang-kunang dipengaruhi oleh jam biologis kunang-kunang, di samping dipicu oleh cahaya lingkungan. Kebanyakan kunang-kunang memang mulai memancarkan cahayanya setelah petang menjelang malam (Llyod, 1969). Suhu juga diduga sebagai salah satu faktor pemicu penghasilan cahaya.
Kerlap-kerlip sebagai sebuah bentuk komunikasi pada kunang-kunang
Tahukah Anda bahwa kerlap-kerlip pada kunang-kunang tidaklah asal menyala-meredup. Namun, setiap spesies kunang-kunang mempunyai pola kerlap-kerlip yang khas dalam hal waktu nyala cahaya, jarak antar kerlip, jumlah kerlap-kerlip dalam satu kali rangkaian nyala cahaya,  dan warna cahaya. Menurut Lloyd (1966), pola kerlap-kerlip dapat digunakan sebagai penanda spesies kunang-kunang. Misalnya, kunang-kunang genus Photinus mempunyai pola kerlap-kerlip yang cukup bervariasi. P. acuminatus jantan mengeluarkan satu kali nyala dalam waktu singkat (kurang dari 0,1 detik), sedangkan P. ardens akan menyalakan “senter”-nya dua hingga empat kali dalam jangka waktu 10-20 detik.
Menurut para ahli, pola kerlap-kerlip kunang-kunang yang bermacam-macam tersebut merupakan sebuah “bahasa” khusus yang digunakan oleh masing-masing spesies untuk berkomunikasi dengan anggota spesies yang lain. Biasanya, “bahasa” khusus tersebut terkait dengan perilaku kawin kunang-kunang. Kunang betina akan mengeluarkan kerlap-kerlip untuk “memanggil” pejantan untuk diajak kawin!
Meskipun begitu, ada kunang-kunang yang piawai menggunakan pola kerlap-kerlip spesies kunang-kunang yang lain untuk mendapatkan mangsa. Contohnya, kunang-kunang betina spesies Photuris yang sanggup menirukan “bahasa” kerlap-kerlip spesies yang lain, yaitu Photinus yang ukuran tubuhnya lebih kecil. “Panggilan” kawin ini akan ditangkap oleh pejantan Photinus sebagai ajakan kawin dari si betina. Namun, malang, begitu mendekat, pejantan ini akan disambar dan dimangsa oleh betina Photuris. Hebat juga ya taktiknya…
Hess (1920) menjelaskan juga bahwa penghasilan cahaya pada larva kunang-kunang juga dimaksudkan untuk “memperingatkan” calon pemangsa untuk tidak mencoba memangsa mereka karena tubuhnya beracun. (NSP/2011)
Pustaka
  • Buschman, L.L., 1988. Light organs of immature fireflies (Coleoptera: Lampyridae) as eye-spot/ false-head displays. Coleopterists Bulletin 42: 94-97.
  • Chapman, R.F., 1982. The Insects. Structure and Function. Harvard University Press, Cambridge.
  • Dreisig, H., 1975. Environmental control of the daily onset of luminescent activity in glowworms and fireflies (Coleoptera: Lampyridae). Oecologia 18: 85-99.
  • Hess, W.N., 1920. Notes on the biology of some common Lampyridae. Biological Bulletin 38: 39-76.
  • Lloyd, J.E., 1966. Signals and mating behavior in several fireflies (Coleoptera: Lampyridae). Coleopterists Bulletin 20: 84-90.
  • Lloyd, J.E., 1969. Flashes, behavior and additional species of Nearctic Photinus fireflies (Coleoptera: Lampyridae). Coleopterists Bulletin 23: 29-40.
  • Lloyd, J.E. & E.C. Gentry. 2003. Bioluminescence. Dalam Resh, V. H. & R.T. Carde (editor), Encyclopedia of Insects, h. 115-120. Academic Press, Amsterdam.



http://majalahserangga.wordpress.com/2011/09/19/penghasilkan-cahaya-pada-kunang-kunang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar